Ayam Bangkok Sehat dan Unggul

(Sleman, 16/11/22) Lalu lintas ayam bangkok melalui bandara YIA setelah pandemi telah normal kembali. Beberapa pengusaha dan peternak ayam bangkok di wilayah Yogyakarta telah kembali melakukan sertifikasi dan pengiriman ayam ke luar pulau Jawa. Ayam-ayam yang dilalulintaskan tersebut adalah ayam bangkok kualitas bagus dan unggulan sehingga secara ekonomis mempunyai harga yang tinggi.

Ayam-ayam yang dilalulintaskan tersebut berasal dari beberapa pengusaha peternak di wilayah Sleman, Bantul dan Kulon Progo dengan sistem pemeliharaan konvensional tetapi menerapkan standar kesehatan yang tinggi untuk ternak unggas kesayangan. Pemeliharaan tidak seperti pemeliharaan ternak unggas biasa tetapi dengan standar pemeliharaan khusus untuk unggas kesayangan.

Awal mulanya ayam bangkok masuk di Indonesia berasal dari Kota Tuban, Jawa Timur. Ayam ini diperkenalkan pertama kali di Tanah Air. Tidak jelas  siapa yang pertama kali memperkenalkan ayam bangkok asal Thailand ini. Namun yang pasti, hingga saat ini ayam bangkok telah menyebar ke seluruh Indonesia dan begitu populer dikalangan pecinta ayam aduan.

Ayam bangkok asal Thailand ini banyak dikawin silangkan dengan betina ayam lokal. Sehingga kebanyakan ayam bangkok yang beredar di masyarakat adalah keturunan ayam bangkok yang penampilannya tidak jauh berbeda dengan ayam bangkok asli.

Menurut Wibisono berdasarkan corak dan warna bulunya ada 7 macam, yaitu :

  • Cirinya warna dasar hitam dengan bulu rawis dan ekor berwarna kuning kemerahan.
  • Cirinya warna dasar hampir sama dengan rawisnya, yaitu kuning kemerahan.
  • Cirinya Warna dasar abu-abu
  • Cirinya warna dasar bulu totol-tolol dari kumpulan berbagai warna seperti hitam, merah, dan putih
  • Cirinya Warna dasar bulu hitam
  • Cirinya Warna dasar bulu blirik yang merupakan campuran beberapa warna bergaris-garis kecil.
  • Putih . Cirinya warna dasar bulu putih

Ciri-ciri umum ayam bangkok sehat dan bagus adalah :

  • Ukuran tubuh besar dan terlihat tegap berdiri hampir sekitar 90 derajat dan bagian dada terlihat gagah
  • Warna bulu beragam seperti yang sudah dijelaskan di atas
  • Mata terlihat cerah
  • Leher panjang
  • Jengger  berbentuk roes dan Pial pendek dan berwarna merah
  • Paruh panjang dan tebal berwarna kuning
  • Kaki terlihat bulat, kering, dan sisik rapih berwarna kuning
  • Bobot dewasa pejantan 2,5 hingga 4 Kg

Dalam proses pembudidayaan atau cara merawat ayam khususnya ayam bangkok ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar menghasilkan ayam bangkok yang super dan berkualitas serta memiliki nilai jual yang tinggi. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan ayam bangkok:

  1. Pemilihan indukan ayam bangkok
  2. Pilih indukan jantan dan betina yang sehat
  3. Tidak ada cacat atau sehat
  4. Gesit dan memiliki gerakan lincah
  5. Memiliki tubuh yang tegak dan gagah
  6. Memiliki warna bulu yang bagus
  7. Sudah memiliki nafsu untuk kawin
  8. Melakukan seleksi genetik atau asal usul calon indukan ayam bangkok saat membeli agar menghasilkan keturunan yang bagus dan memiliki nilai jual tinggi
  9. Bagi indukan jantan, pilihlah yang memiliki suara lantang
  10. Usahakan pilih indukan jantan dengan umur antar 1 sampa 2.5 tahun serta bertaji
  11. Indukan betina pilihlah rentang umur antara 7 – 8 bulan
  12. Pemilihan lokasi kandang
  13. Pilihlah lokasi kandang yang dekat serta memiliki sumber air bersih
  14. Usahakan kandang dapat menerima sinar matahari secara langsung
  15. Buat kandang dengan asupan energi listrik yang baik dan sangat memadai
  16. Pilih lokasi yang memungkinkan jika suatu saat akan ada perluasan ataupun tambahan – tambahan unit lain
  17. Kemudahan dalam akses tranportasi. Misalnya untuk memenuhi kebutuhan pakan
  18. Usahakan jarak kandang dengan pemukimaan minimal 100 meter, agar tidak menimbulkan gangguan atau masalah di pemukiman
  19. Usahakan lokasi kandang ayam bangkok memiliki udara segar

Pembuatan kandang ayam bangkok yang ideal

Bagi ayam petarung atau ayam bangkok, kandang bukan saja sebagai tempat untuk makan dan tidur saja, melainkan juga sebagai tempat untuk menjaga kondisi fisik ayam itu sendiri. Maka dari itu dalam proses pembuatan kandang ayam tidak bisa asal – asalan dan sebisa mungkin buat ayam merasa nyaman berada di tempat tersebut. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kandang ayam petarung ini, berikut penjelasannya.

Bahan baku pembuatan kandang ayam bangkok

Kandang ayam bangkok memang tidak bisa sembarangan dalam pembuatannya, tetapi bukan berarti harus menggunakan bahan – bahan yang mahal. Kandang ayam bangkok dapat dibuat menggunakan papan kayu, bambu, atau bisa juga dengan menggunakan kikisan rotan. Buatlah kandang ayam selayaknya saja, karena nantinya ayam akan dipisah – pisah sesuai tingkatan umur untuk memudahkan dalam pemeliharaan, selain itu jenis ayam bangkok cenderung galak dan mudah untuk bertarung.Kandang ayam dewasa sebaiknya dibuat rongga pada bagian bawah agar kotoran ayam  bisa langsung jatuh dan memudahkan dalam pembersihan kandang. Sedangkan untuk ayam yang masih berumur di bawah 3 bulan, sebaiknya tidak dibuat rongga karena akan membahayakan keselamatan ayam seperti terjepit

Ukuran kandang ayam bangkok

Ukuran kandang yang memenuhi syarat sangat dibutuhkan agar ayam tidak stres dan menimbulkan beberapa penyakit yang dapat mengganggu kesehatan serta kualitas dari ayam itu sendiri. Berikut merupakan penjelasan ukuran kandang ayam yang ideal:

  1. Ayam anakan. Ayam pada umur ini idealnya memiliki kandang dengan ukuran  100 cm x 50 cm x 20 cm dengan jumlah 20 ayam
  2. Anak ayam. Kandang yang dibutuhkan oleh anak ayam bangkokyaitu 100 cm x 100 cm x 40 cm dengan jumlah anak ayam bangkok30 ekor
    1. Ayam muda. Kandang yang baik untuk ayam usia 12 sampai 16 minggu ini adalah 100 cm x 100 cm x 60 cm dengan jumlah ayam 15 ekor
    2. Ayam bangkok dewasa. Untuk ayam bangkok dewasa kandang biasanya dibuat khusus untuk 1 ekor ayam, yaitu dengan ukuran 30 cm x 30 cm x cm

Perlengkapan kandang ayam bangkok

Ternak ayam bangkok jika dilakukan secara intensif atau ayam yang selalu berada di kandang maka kelengkapan dalam kandang menjadi sangat penting dan harus benar – benar di perhatikan seperti tempat makan, tempat minum, dan lampu untuk penerangan serta menghangatkan ruangan.

Pemberian pakan ayam bangkok berdasarkan tingkatan umur

  1. Pemberian pakan ayam yang berumur di bawah 3 bulan

Anak ayam bangkok yang berumur di bawah 3 bulan akan mengalami pertumbuhan sistem gerak yang signifikan sehingga pemberian pakan harus diperhatikan, pilihlah pur atau pakan yang mengandung kalsium tinggi serta protein. Pemberian pur pada anak ayam bangkok dapat dilakukan secara langsung atau bisa juga menggunakan air hangat yang dicampur dengan pur, tetapi untuk hal ini kebersihan tempat makan ayam harus dijaga. Karena kondisi yang lembab pada tempat makan ayam akan mengakibatkan pertumbuhan jamur yang dapat meracuni ayam.

  1. Pemberian pakan ayam yang berumur 3 – 6 bulan

Ayam bangkok pada umur ini tidak hanya membutuhkan kalsium dan protein saja, tetapi juga membutuhkan karbohidrat dan lemak untuk pertumbuhan otot dan daging. Jenis pakan ayam bangkok yang cocok pada umur ini yaitu pur yang teksturnya agak kasar di campur dengan nasi. Jika ayam sudah mendekati umur 6 bulan maka komposisi nasi bisa ditambah lebih banyak lagi.

  1. Pemberian pakan ayam yang berumur di atas 6 bulan

Menjelang usia dewasa ayam bangkok sudah bisa diberikan makanan yang lebih keras lagi seperti jenis ayam pada umumnya. Tetapi Anda juga harus memperhatikan jenis ayam bangkok, jika ayam bangkok jenis pukul maka jagung dan dedak merupakan makanan yang paling baik untuk diberikan. Tetapi jika ayam bangkok jenis jalu maka makanan yang cocok yaitu beras merah, gabah, atau konsentrat.

Selain pakan yang memenuhi nutrisi bagi ayam, ketersediaan air minum juga sangat penting untuk pertumbuhan ayam. Air minum sebaiknya disediakan dalam jumlah yang banyak atau tidak terbatas, tetapi juga harus diganti setiap hari untuk menjaga kesegaran dan kebersihannya. Agar ayam cepat tumbuh dan berkembang, tambahkan vitamin atau suplemen ke dalam air minumnya.

(Penulis : drh. Tri Sumihartini – Diambil dari berbagai sumber)